Alergi Susu Sapi? Coba Susu Kambing
Alergi Susu Sapi? Coba Susu Kambing
Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing punya beberapa keunggulan
sebagai makanan tambahan bagi anak balita. Selain lebih mudah dicerna,
susu kambing mengandung lebih banyak mineral yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan anak.
Di kalangan masyarakat luas, terutama di
negara berkembang, pengertian susu lebih mengacu pada produk susu sapi.
Di Amerika saja tidak kurang dari 10 juta sapi dipelihara dan
menghasilkan sekitar 56,7 juta ton susu. Padahal, selain sapi, ternak
lain yang sangat potensial menghasilkan susu adalah kambing. Saat ini
susu kambing mulai populer di Indonesia walaupun penyediaannya belum
sebanyak susu sapi.
Jika pada sapi perah dikenal keturunan
Holstein sebagai penghasil susu utama, di "keluarga" kambing yang
terkenal sebagai penghasil susu berkualitas tinggi dengan kandungan
lemak rendah adalah jenis Saanen. Jenis Nubian menghasilkan sedikit
susu, tetapi berkadar lemak tinggi. Jenis Toggenburg, LaMancha,
Oberhasli, dan Alpine termasuk penghasil susu kualitas menengah.
Bagaimana
rasanya? Susu kambing yang berlemak tinggi tentu jauh lebih nikmat
dibandingkan dengan yang berlemak rendah. Namun, konsumsi susu berlemak
tinggi berpotensi menyebabkan obesitas.
Susu kambing memang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan susu sapi ataupun ASI. Susu
kambing memiliki daya cerna protein yang tinggi dan rasa asam yang
sangat khas.
Aroma kambing
Ada masyarakat
yang beranggapan bahwa susu kambing beraroma seperti kambing. Hal
tersebut tidak sepenuhnya benar. Adanya aroma yang mengganggu sangat
tergantung dari cara pengolahan susu tersebut.
Bau kambing pada
susu kambing sebenarnya merupakan dampak dari wadah susu yang tercemar
aroma yang dihasilkan oleh kelenjar kambing. Jika pengolahan dilakukan
secara benar, susu kambing tidak akan memiliki aroma yang terlalu
mengganggu.
Pengaturan konsumsi pakan juga memengaruhi kualitas
susu kambing. Hal serupa juga berlaku pada susu sapi. Untuk menambah
selera, terutama bagi mereka yang mempunyai indra penciuman yang sangat
sensitif, konsumsi susu kambing juga dapat dicampur dengan flavor lain, seperti cokelat, vanila, atau stroberi.
Susu kambing yang terbaik untuk dikonsumsi adalah dalam bentuk segar (raw milk)
karena kandungan gizinya belum banyak yang hilang akibat proses
pengolahan. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengonsumsi susu kambing
segar. Bentuk olahan susu kambing yang lain adalah susu pasteurisasi,
yoghurt, es krim, dodol, ataupun kefir (susu asam).
Susu kambing
mempunyai struktur dan ukuran lemak yang lebih kecil dibandingkan
dengan susu sapi sehingga lemak mudah sekali larut dan tercampur secara
lebih merata (homogen). Hal itulah yang menyebabkan susu kambing terasa
lebih halus dan lembut. Di sisi lain, susu kambing mempunyai kandungan
lemak relatif lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi.
Mudah dicerna
Dalam
beberapa hal, susu kambing juga mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan susu sapi. Kandungan asam lemak pada susu kambing jauh lebih
banyak dibandingkan dengan susu sapi atau susu kedelai. Namun,
dibandingkan dengan asam lemak pada susu sapi, susu kambing lebih banyak
mengandung asam lemak berantai pendek dan sedang.
Hal tersebut
menyebabkan lemak susu kambing lebih mudah dicerna tubuh untuk
menghasilkan energi sehingga tidak tertimbun sebagai lemak atau
kolesterol. Dengan demikian, kekhawatiran menjadi gemuk atau terserang
penyakit yang berkaitan dengan kolesterol tidak perlu terjadi.
Dari
hasil penelitian Mack pada tahun 1953 terbukti, kelompok anak yang
diberi susu kambing memiliki berat badan, mineralisasi kerangka,
kepadatan tulang, vitamin A plasma darah, kalsium, tiamin, riboflavin,
niasin, dan konsentrasi hemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok anak yang diberi susu sapi.
Selain itu, susu kambing juga memiliki kapasitas buffer
yang lebih baik sehingga bermanfaat bagi anak yang mengalami gangguan
pencernaan. Namun, susu kambing juga memiliki kelemahan, yakni kandungan
asam folat dan vitamin B12-nya lebih rendah daripada susu sapi.
Susu kambing juga mengandung lebih sedikit orotic acid.
Relatif rendahnya kandungan senyawa tersebut berpengaruh baik terhadap
pencegahan sindroma perlemakan hati. Hal itu menyebabkan susu kambing
sangat baik untuk menjaga kesehatan hati.
Kalsium lebih tinggi
Kandungan
kalsium pada susu kambing jauh lebih baik daripada susu sapi atau
kedelai, yaitu dalam 100 gramnya masing-masing mengandung 133, 100, dan
15 mg (lihat Tabel 2). Demikian juga dengan kadar fosfornya. Kadar
fosfor dalam 100 gram susu kambing, susu sapi, dan susu kedelai adalah
110, 90, dan 49 mg.
Konsumsi segelas susu kambing dapat
memenuhi 32,6 persen kebutuhan tubuh akan kalsium dan 27 persen
kebutuhan tubuh akan fosfor setiap hari. Sebaliknya, segelas susu sapi
hanya memenuhi 29,7 persen kebutuhan tubuh akan kalsium dan 23,2 persen
fosfor setiap hari.
Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan
tulang. Selain itu, kalsium juga penting untuk melindungi sel-sel di
kolon (usus besar) agar terhindar dari kanker. Kalsium juga dapat
mengurangi angka kejadian tulang keropos (osteoporosis), terutama pada
ibu-ibu yang sudah memasuki masa menopause.
Manfaat lain dari kalsium adalah mencegah migrain dan mengatur tekanan darah. Menurut sebuah publikasi pada The American Journal of Clinical Nutrition,
seorang gadis yang baru mengalami menstruasi sebaiknya diberi asupan
susu kambing untuk menjaga kandungan kalsium di dalam tubuhnya.
Kadar
protein susu kambing tidak jauh berbeda dengan susu sapi. Konsumsi satu
gelas susu kambing dan susu sapi masing-masing dapat memenuhi 17,4 dan
16,3 persen kebutuhan tubuh akan protein setiap hari. Protein merupakan
zat gizi yang sangat dibutuhkan untuk mendukung proses tumbuh kembang
pada anak. Pada orang dewasa, protein sangat dibutuhkan untuk
pemeliharaan jaringan dan penggantian sel tubuh yang rusak.
Susu
kambing juga dipercaya dapat mengatasi penyakit darah tinggi karena
kandungan kaliumnya yang tinggi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah
kandungan kolesterolnya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
susu sapi. Karena itu, susu kambing tidak disarankan bagi mereka yang
menderita obesitas dan kolesterol tinggi.
Seperti halnya susu
sapi, susu kambing juga mengandung laktosa yang cukup tinggi meskipun
sedikit lebih rendah daripada susu sapi. Kadar laktosa pada susu kambing
dan susu sapi mencapai 4,1 dan 4,7 persen dari total padatan. Karena
itu, penderita lactose intolerance sebaiknya menghindari
konsumsi susu kambing dalam keadaan segar. Susu kambing dapat juga
dikonsumsi dalam bentuk olahan, seperti yoghurt maupun kefir yang
memiliki kadar laktosa rendah.
Pengganti susu sapi
Pada
bayi sering ditemukan kasus alergi terhadap susu sapi. Susu sapi
merupakan salah satu bahan pangan penyebab alergi yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Penyebab alergi lain yang potensial adalah
telur, udang, dan ikan.
Hippocrates pertama kali melaporkan
adanya reaksi alergi terhadap susu sapi sekitar tahun 370 Masehi. Dalam
beberapa dekade belakangan ini, prevalensi dan perhatian terhadap alergi
susu sapi semakin meningkat.
Beberapa penelitian di beberapa
negara menunjukkan bahwa prevalensi alergi susu sapi dalam tahun pertama
kehidupan anak sekitar 2 persen. Sekitar 1-7 persen bayi menderita
alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Perlu diingat
bahwa sekitar 80 persen susu formula bayi yang beredar di pasaran
ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi.
Alergi merupakan
masalah yang tidak boleh diremehkan. Reaksi yang ditimbulkan dapat
mengganggu semua organ tubuh dan perilaku anak sehingga bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada tahun pertama kehidupan anak,
sistem imun tubuhnya relatif masih sangat lemah dan rentan.
Gejala
alergi terhadap protein susu biasanya timbul pada bayi yang berumur dua
sampai empat minggu dan gejalanya akan semakin jelas saat usia enam
bulan. Bagian tubuh yang terserang alergi adalah saluran pencernaan,
saluran pernapasan, dan kulit. Gejala yang tampak akibat alergi terhadap
protein susu antara lain muntah, diare, penyerapan zat gizi yang kurang
sempurna, asma, bronkitis, migrain, dan hipersensitif.
Menurut
Judarwanto (2000), alergi susu sapi 80 persen akan menghilang atau
menjadi toleran sebelum anak berusia 3 tahun. Upaya penanganan terhadap
alergi susu sapi adalah menghindari konsumsi susu sapi dan makanan lain
yang mengandung susu sapi. Sebagai penggantinya, dapat digunakan susu
kedelai atau susu kambing.
Sekitar 20-50 persen dari bayi yang
diteliti memperlihatkan gejala tidak toleran terhadap susu kedelai.
Karena itu, susu kambing lebih direkomendasikan sebagai pengganti susu
sapi pada bayi yang menderita alergi.
Susu kambing dilaporkan
telah banyak digunakan sebagai pengganti ataupun bahan pembuatan makanan
bagi bayi yang alergi terhadap susu sapi. Alergi pada saluran
pencernaan bayi dilaporkan berangsur-angsur dapat disembuhkan setelah
diberikan susu kambing.
Menurut Noor (2002), sekitar 40 persen
pasien yang alergi terhadap protein susu sapi memiliki toleransi yang
baik terhadap susu kambing. Pasien tersebut kemungkinan besar sensitif
terhadap laktoglobulin yang terkandung dalam susu sapi. Diduga bahwa
laktogloglobulin (salah satu komponen protein susu) merupakan komponen
yang paling bertanggung jawab terhadap kejadian alergi protein susu.
Menurut
Judarwanto (2000), terdapat lebih dari 40 jenis protein pada susu sapi
yang dapat menyebabkan alergi. Selain betalaktoglobulin, komponen
protein lain seperti kasein, alfa-laktalbumin, serum albumin, dan
immunoglobulin juga dapat menyebabkan alergi.
Sumber :
Editor :
acandra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar